Menelusuri Jejak Kaki Tuan Tapa

Landscape Kota Tapaktuan (Kota Naga)

Landscape Kota Tapaktuan (Kota Naga)

Jika anda sedang berada di Aceh Selatan, saya merekomendasikan tempat ini untuk berdestinasi, apalagi bagi anda berjiwa traveller. Ya, situs yang sudah tenar dan melegenda ini merupakan bukti bahwa Aceh Selatan adalah salah satu kota legenda, sampai-sampai kota ini di juluki Kota Naga. Saya tak perlu lagi membahas panjang lebar pertarungan antara Tuan Tapa dan seekor Naga asal Cina itu, karena cukup mudah memang di temui tulisan-tulisan yang membahas tentang pertempuran tersebut  (jika anda belum tau ceritanya, Klik disini).

Memasuki Kota Tapaktuan, Aceh Selatan anda tak perlu bingung dan malu bertanya, karena hampir semua orang di kota itu mengetahui dimana persisnya pijakan kaki raksasa itu berada.Pada pagi Jumat 18 April lalu saya berkesempatan untuk mengunjunginya yang kesekiaan kali bersama teman kampus Makmur Dimila. Ia adalah orang yang sangat suka travelling, itulah alasannya ia barada di Aceh Selatan,  apalagi saya menantangnya untuk mengunjungi situs-situs bersejarah dan tempat wisata lainnya di Aceh selatan. Salah satunya di situs Tapak Kaki Tuan Tapa.

Jalan masuk

Jalan masuk

Memasuki jalan D I Panjaitan, disana berdiri sebuah famplet di pintu gerbang masuk. Di pintu masuk itu kira-kira berjarak kurang lebih 400 meter untuk mencapai lokasi dan butuh waktu lima menit untuk mencapainya. Tak perlu khawatir tentang parkiran kendaraan, karena di komplek kantor kebersihan terdapat bangunan kecil (saung) dan anda bisa memarkir kendaraan disana. Menaiki tepi bukit yang landai  dan  hanya beberapa kali tanjakan saja dari sisi lereng bukit, anda cukup menelusuri jalan setapak yang lebarnya kurang dari satu meter. Tak ada tanjakan yang berarti kecuali anda menaiki gunong lampu yang masih satu jalur ke arah tapak Tuan Tapa di sisi sebelah kanan.

Jalan setapak menuju lokasi

Jalan setapak menuju lokasi

Makmur sedang menghitung anak tangga saat pendakian ke mercusuar Gunung lampu. Anak tangga yang di hitungnya sebanyak 130 anak tangga. :D

Makmur sedang menghitung anak tangga saat pendakian ke mercusuar Gunung lampu. Anak tangga yang di hitungnya sebanyak 130 anak tangga. 😀

Bongkahan batu-batu besar dengan goresan cat putih cukup membantu anda dalam perjalanan, anda cukup mengikuti goresan cat tersebut hingga mencapai lokasi. Jika air sedang pasang mungkin tempat ini rawan dan beresiko bagi pengunjung, tapi pagi itu  boleh dibilang kami  beruntung karena cuaca sedang baik. Katanya jika air surut dari arah terbenam matahari kita bisa melihat topi dan tongkat Tuan Tapa, namun cuma waktu tertentu anda bisa melihatnya.

Goresan cat putih penunjuk arah.

Goresan cat putih penunjuk arah.

Inilah bekas pijakan kaki Tuan Tapa yang melegenda itu.

Inilah bekas pijakan kaki Tuan Tapa yang melegenda itu.

Cuma dua cara kita bisa melihat tapak Tuan Tapa, yang pertama anda lansung mengunjungi tempatnya dan satu lagi menaiki bukit mercusuar gunung lampu. Meski terlihat terlihat kecil, namun pendakian anda tak akan sia-sia, karena diatas mercusuar Tapak Tuan Tapa terlihat sangat cantik meskipun terlihat kecil (Baca: juga tulisan Makmur).

Kaki raksasa terlihat kecil dari atas mercusuar gunung lampu.

Kaki raksasa terlihat kecil dari atas mercusuar gunung lampu.

Selain itu diatas mercusuar anda disungguhi landscape kota Tapaktuan nan anggun.  Kota yang dihimpit antara gunung dan laut tentunya panorama menarik untuk di rekam.

Panorama Pantai Selatan

Panorama Pantai Selatan

Dan, bagi yang pernah mengunjungi tempat ini tidak membawa kamera, anda pasti dihantui rasa penyesalan karena tidak mampu mengabadikan saat-saat seperti ini, paling tidak kamera hape untuk foto selfie. 😀 (…)

(Foto Plus)Serius amat broe tatapannya.

(Foto Plus)Serius amat broe tatapannya.

Foto dan Teks : Muhammad Ikbal Fanika

8 komentar di “Menelusuri Jejak Kaki Tuan Tapa

  1. Saya membayangkan, kapal pesiar singgah di pelabuhan itu. Bule-bule turun. Gadis-gadis manis kota pala dari sanggar seni mempersembahkan tarian khas Aceh Selatan. Pejabat setempat kemudian berjabat tangan. Lalu para pemandu wisata memenuhi hasrat travelling turis-turis asing itu. “Ladies and gentlements, wellcome to Dragon City.” 😀

Tinggalkan komentar