Film Pendek: Karya Kecil di Bulan April.

“Sebuah karya kecil, awal dari sebuah karya besar…”, saya tak tahu siapa pencetus kalimat ini. Yang pasti, kalimat ini begitu inspiratif.

Cover Film Ash

Cover Film Ash

Pertengahan April lalu saya dan beberapa teman dari komunitas menulis di Banda Aceh berkesempatan bersama-sama menggarap sebuah film pendek berdurasi 10 menit, sebenarnya kolaborasi ini hanya sekedar coba-coba (boleh dibilang menghilangkan suntuk) mengingat equipment yang kami miliki begitu terbatas. Hanya dua pucuk kamera slr (single lens reflex) dan satu tripod dan stabilizer rongsokan. Atas segala keterbatasan tersebut tentunya bukan penghalang untuk menghasilkan sebuah karya kecil, terlebih mahasiswa sering diidentikkan dengan kekurangan dan keterbatasan (bukan berpikir).

Tergabung dalam sebuah crew Lima Production yang awalnya terdiri atas lima orang, hingga baru beberapa hari kemudian dilakukan perekrutan untuk bergabung dalam tim. Proses Shooting sendiri  dilakukan beberapa tempat di Banda Aceh dan Aceh Besar dengan memakan hari hampir tiga minggu.

Hajar broe!. Tolong aktornya di make up sedikit. :D

Hajar broe!. Tolong aktornya di make up sedikit. 😀

Kebanyakan pengambilan gambar dilakukan dalam ruangan (indoor), dan hanya beberapa scane saja di alam terbuka. Ada beberapa scane yang kurang cahaya, karena memang kami tidak membuat cahaya buatan (lighting). Satu hal, yang sangat terkesan bagi saya adalah ketika aktor (pemeran Kuala) pada bagian wajah kekurangan cahaya dalam adegan di ruang pustaka, maka inisiatif crew adalah meneranginya dengan lampu senter handphone untuk menerangi sebagian muka yang kurang cahaya. Tentu ini bukanlah solusi yang cerdas untuk mengatasi kekurangan cahaya, apalagi untuk memproduksi sebuah film pendek. Pembuatan bahan baku pun dibuat apa adanya, imbasnya, lari pada editing. Editor kewalahan mencari slide yang cocok karena memang kelihan editor pada saat itu gambar yang dihasilakan penuh dengan noise dan grain. Namun bagaimana pun juga kekurangan harus bisa ditutupi sebisa mungkin mengejar deadline.

Hingga film ini jadi, masih banyak scane yang kurang sempurna. Ini wajar, hanya karena kesiapan crew untuk memproduksi film ini begitu tergesa-gesa dan terburu-buru, pelajaran yang kami dapatkan adalah ketelitian dan perencanaan yang matang, begitu juga kekompakan tim.

Begitu saat nonton bareng dan bedah film, tim menyambut baik apresiasi dan masukan dari teman-teman. Semoga saja ini adalah awal yang baik untuk terus maju dalam berkarya. I think  so!

Selamat menikmati!

Film ini menceritan tentang seorang penulis muda, yang karyanya di curi (plagiat) oleh sebuah terbitan.

Tinggalkan komentar