Terdampar di Pantai Batu Berlayar

“Saat berada di Aceh Selatan, rasanya tak ada puas-puasnya untuk menjelajahi, mengintip keindahan alam disana. Keinginan menjemput rasatakjub tersebut masih menjadi agenda utama hunting foto arsip pribadi”.

Batu granit berada di atas karang

Batu granit berada di atas karang

Sore itu, matahari lumayan terik. Langit pantai biru, awan tipis pun sirna di sapu angin. Ini benar-benar hari yang langka di bulan Oktober . Tujuan kami adalah Pantai Batu Berlayar. Pantai yang akan menjawab sejuta rasa penasaran ini ketika mendengar namanya yang terbilang “menjual”.

Saya beberapa kali turun dari kendaraan  untuk bertanya kepada warga tentang keberadaan pantai satu ini. Mesin pencari google pun tak  membantu terlalu banyak, hasil searching tak begitu detail menggambarkan lokasi menuju pantai. Begitu juga GPS, belum terdeteksi.

Warga menunjuk kesebuah jalan setapak dekat Mushalla, jalan berbatu plus kerikil ini menuntun kami menuju lokasi. Pemerintah setempat baru membuka jalan munuju pantai ini, dengan sepeda motor masih bisa diakses, tapi mustahil roda empat bisa melaluinya, karena ada badan jalan yang belum merata dan masih akan di buat.

Pantai Batu Berlayar

Pantai Batu Berlayar

Pantai yang terletak di Desa Gunong Cut, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan ini seperti menutup diri dari atas keindahannya. Pasalnya pantai ini tak terlihat seperti kebanyakan pantai-pantai di daerah itu. Pantai dengan ciri batu granit besar tersusun di atas karang ini terlihat sepi, hanya ada ombak-ombak ganas yang setiap detiknya menghantam karang dan batu penuh gemuruh. Pantai ini memang sepi dari pengunjung, tetapi tidak bagi para pemancing. Mereka sering menjadikan pantai ini tempat terbaik melempar kail, baik siang maupun malam.

Salah satu sudut pantai Batu Berlayar. Batu granit menumpuk di bibir pantai adalah ciri khan pantai.

Salah satu sudut pantai Batu Berlayar. Batu granit menumpuk di bibir pantai adalah ciri khas pantai.

Nama Pantai Batu Berlayar juga tersirat  dalam cerita Legenda masyarakat Aceh Selatan. Dari cerita orang terdahulu, batu-batu disana dulu berlayar layaknya perahu, hingga akhirnya berlabuh di desa tersebut. Disinilah asal-muasal nama pantai ini disematkan menjadi pantai Batu Berlayar, penduduk setempat pun meyakini demikian.

(Baca: Cerita Legenda Putri Naga) 

Perjalanan berakhir setelah teman meminta untuk mengunjungi tempat lain, padahal saya ingin sekali berlama-lama mengikmati angin sepoi sambil berbaring di bawah batang nyiur. Saya tak bisa membayangkan bagaimana nasib pantai ini ketika pagi dan senja ( sunrise dan sunset ). Hanya kesempatan yang akan membawa saya ketempat ini lagi.

(M. Ikbal Fanika)

Dok. Pribadi

Tak ada salahnya untuk mengabadikan diri dulu, jepreet! :D

Tak ada salahnya untuk mengabadikan diri dulu, jepreet! 😀

Tinggalkan komentar